PP-IPTEK Bekerja Sama dengan Kalbe Mengadakan Workshop Guru Tentang Miskonsepsi IPA
Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) bekerja sama dengan PT. Kalbe Farma mengadakan workshop guru pada 8 September 2015 bertempat di Ruang Kelas (RK) Lantai 3 PP-IPTEK.
Kegiatan workshop guru merupakan rangkaian kegiatan ajang Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA) 2015. Workshop ini membahas tentang “Miskonsepsi IPA” yang dibawakan oleh Hendra Suryanto, Kepala Divisi Bidang Operasi PP-IPTEK.
Dalam materinya, Hendra Suryanto memaparkan miskonsepsi IPA merupakan penjelasan yang salah atau penjelasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Ternyata banyak pembelajaran IPA yang tidak sesuai masih terjadi dalam bidang sains, terutama dipelajari di sekolah.
Dalam workshop ini, para guru diminta mengobservasi dan mengamati setiap percobaan yang dilakukan. Percobaan-percobaan tersebut seperti melakukan percobaan di laboratorium sekolah, hal ini bertujuan agar guru dapat memberikan pengajaran yang mudah, lebih mendetail, dan kreatif dalam mengajar siswa.
Dari hasil observasi yang dilakukan selama workshop, terdapat hasil pengamatan yang berbeda-beda dari para guru. Selain observasi, workshop ini juga berfokus pada cara membuat percobaan dan alat-alat pembelajaran sains sederhana yang dapat digunakan oleh para guru dalam mengajarkan sains kepada siswa. Guru pun dapat memberikan ide-ide yang kreatif dalam membuat media pembelajaran di sekolah.
Selain materi tentang Miskonsepsi IPA, disajikan pula materi Miskonsepsi Astronomi yang dibawakan oleh Sri Wahyu Cahya Ningsih, Staff Sub Divisi Program Pendidikan PP-IPTEK. Ternyata bukan hanya IPA yang memiliki miskonsepsi, bidang Astronomi juga memilikinya. “Astronomi tidak sama dengan Astrologi. Selama ini banyak orang yang berpikir astronomi dan astrologi adalah sama, padahal ilmunya sangat berbeda,” ucap Wahyu, panggilan akrabnya dalam menjelaskan ilmu Astronomi.
Para guru pun diajak berkeliling galeri PP-IPTEK melihat alat-alat peraga yang ada di PP-IPTEK, dari wahana Antariksa yang terletak persis di depan RK menerapkan langsung materi yang telah disampaikan Hendra Suryanto dan Sri Wahyu sebagai narasumber. Mereka memberikan pengarahan di setiap alat peraga yang dilalui. Selain itu, guru-guru melihat demonstrasi roket air yang menjadi salah satu program reguler di PP-IPTEK.
Pemandu memberi arahan mengenai bagian-bagian roket, yaitu hidung roket (noise) berbahan karet sandal jepit yang dibuat runcing agar memantul saat jatuh ke tanah, lalu badan roket berbahan botol bekas minuman bersoda, bagian atasnya lebih keras dari yang bawah karena diisi nitrogen cair agar lebih berat saat memantul ke tanah, kemudian sayap roket digunakan untuk keseimbangan, dan terakhir tempat masuknya udara atau air (nozzle). Selain roket, benda lainnya yang digunakan untuk demonstrasi roket air ini adalah air 500 ml dan peluncur (launcher). Setelah memperkenalkan bagian-bagian roket dan benda yang digunakan untuk peluncuran, pemandu meminta dua orang pengunjung untuk melakukan peluncuran roket tersebut.
Pelatihan guru IPA ini diikuti oleh 33 guru IPA dari berbagai sekolah dasar di Indonesia, sekaligus guru pendamping siswa yang mengikuti ajang KJSA 2015. Dengan semangat para peserta selama pelatihan membuat narasumber semakin gencar menularkan ilmu-ilmu sainsnya kepada para guru. Dari workshop guru ini diharapkan guru-guru dapat memberikan pengajaran yang mudah dan menyenangkan dalam mengajar di sekolah.
Kegiatan workshop guru merupakan rangkaian kegiatan ajang Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA) 2015. Workshop ini membahas tentang “Miskonsepsi IPA” yang dibawakan oleh Hendra Suryanto, Kepala Divisi Bidang Operasi PP-IPTEK.
Dalam materinya, Hendra Suryanto memaparkan miskonsepsi IPA merupakan penjelasan yang salah atau penjelasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Ternyata banyak pembelajaran IPA yang tidak sesuai masih terjadi dalam bidang sains, terutama dipelajari di sekolah.
Dalam workshop ini, para guru diminta mengobservasi dan mengamati setiap percobaan yang dilakukan. Percobaan-percobaan tersebut seperti melakukan percobaan di laboratorium sekolah, hal ini bertujuan agar guru dapat memberikan pengajaran yang mudah, lebih mendetail, dan kreatif dalam mengajar siswa.
Dari hasil observasi yang dilakukan selama workshop, terdapat hasil pengamatan yang berbeda-beda dari para guru. Selain observasi, workshop ini juga berfokus pada cara membuat percobaan dan alat-alat pembelajaran sains sederhana yang dapat digunakan oleh para guru dalam mengajarkan sains kepada siswa. Guru pun dapat memberikan ide-ide yang kreatif dalam membuat media pembelajaran di sekolah.
Selain materi tentang Miskonsepsi IPA, disajikan pula materi Miskonsepsi Astronomi yang dibawakan oleh Sri Wahyu Cahya Ningsih, Staff Sub Divisi Program Pendidikan PP-IPTEK. Ternyata bukan hanya IPA yang memiliki miskonsepsi, bidang Astronomi juga memilikinya. “Astronomi tidak sama dengan Astrologi. Selama ini banyak orang yang berpikir astronomi dan astrologi adalah sama, padahal ilmunya sangat berbeda,” ucap Wahyu, panggilan akrabnya dalam menjelaskan ilmu Astronomi.
Para guru pun diajak berkeliling galeri PP-IPTEK melihat alat-alat peraga yang ada di PP-IPTEK, dari wahana Antariksa yang terletak persis di depan RK menerapkan langsung materi yang telah disampaikan Hendra Suryanto dan Sri Wahyu sebagai narasumber. Mereka memberikan pengarahan di setiap alat peraga yang dilalui. Selain itu, guru-guru melihat demonstrasi roket air yang menjadi salah satu program reguler di PP-IPTEK.
Pemandu memberi arahan mengenai bagian-bagian roket, yaitu hidung roket (noise) berbahan karet sandal jepit yang dibuat runcing agar memantul saat jatuh ke tanah, lalu badan roket berbahan botol bekas minuman bersoda, bagian atasnya lebih keras dari yang bawah karena diisi nitrogen cair agar lebih berat saat memantul ke tanah, kemudian sayap roket digunakan untuk keseimbangan, dan terakhir tempat masuknya udara atau air (nozzle). Selain roket, benda lainnya yang digunakan untuk demonstrasi roket air ini adalah air 500 ml dan peluncur (launcher). Setelah memperkenalkan bagian-bagian roket dan benda yang digunakan untuk peluncuran, pemandu meminta dua orang pengunjung untuk melakukan peluncuran roket tersebut.
Pelatihan guru IPA ini diikuti oleh 33 guru IPA dari berbagai sekolah dasar di Indonesia, sekaligus guru pendamping siswa yang mengikuti ajang KJSA 2015. Dengan semangat para peserta selama pelatihan membuat narasumber semakin gencar menularkan ilmu-ilmu sainsnya kepada para guru. Dari workshop guru ini diharapkan guru-guru dapat memberikan pengajaran yang mudah dan menyenangkan dalam mengajar di sekolah.
Tidak ada komentar