Info Binokuler: "Menikmati Fisika Batik Sebagai Jejak Sains Modern Dalam Seni Tradisi Indonesia"
Eksistensi Batik sebagai warisan leluhur bangsa kini semakin nyata, seiring dengan diakuinya batik sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia oleh UNESCO pada hari ini, 2 Oktober 2009. Batik yang Ikhwalnya lebih dikenal erat dengan kebudayaan etnis Jawa, saat ini sering disebut menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia. Bahkan, sejak beberapa dekade lalu, batik sudah menjadi trend yang fenomenal karena menembus pasar dunia.
Batik yang fenomenal selain mempunyai nilai seni, juga memiliki nilai ekonomi, sehingga dilirik oleh banyak kalangan. Seolah tidak mau ketinggalan dengan seniman batik tulis yang mahir manggoyang canting diatas kain sehingga menghasilkan motif tradisional yang indah, para praktisi Iptek menggunakan konsep matematika yang membahas kesamaan pola pada semua skala (geometri fraktal) untuk membuat batik. Software khususpun dibuat untuk menerjemahkan rumus fraktal menjadi motif batik yang dapat dimodifikasi sehingga menciptakan desain pola baru yang sangat beragam. Software unik tersebut diberi nama JBatik yang dikembangkan diatas platform Java.
Lain lagi batik kalau dikaitkan dengan ilmu fisika. Sadar atau tidak, berbagai motif batik yang sudah familiar ternyata menerapkan konsep-konsep ilmu fisika dalam proses pembuatannya. sekarang apa hubungan antara fisika dan batik yang disebut dengan fisika batik? Fisika batik berusaha membaca pikiran pencipta batik tentang alam dan dinamikanya. Fisika batik mencari pola dasar dan aturan-aturan dari berbagai lukisan batik. Dalam mencari aturan dasar ini, fisika batik dapat memanfaatkan aturan fisika yang sudah ada, kemudian memodifikasinya ataupun menciptakan aturan fisika yang baru. Menarik bukan?
Untuk lebih jelasnya, hadiri talkshow binokuler (Bincang Sains & Teknologi Populer) PP-IPTEK bulan ini, mengahadirkan narasumber Rolan Mauludy Dahlan dan tim acroBatik, pada hari Minggu, 11 Oktober 2009 mulai pukul 14.00 dengan tema “Menikmati Fisika Batik Sebagai Jejak Sains Modern Dalam Seni Tradisi Indonesia”. Software Fisika Batik v.1.0.1 juga akan ditampilkan pada talkshow ini, dan pengunjung dapat mencoba sendiri proses generasi motif dasar batik. Talkshow dibuka untuk umum, gratis untuk seluruh pengunjung PP-IPTEK.(PP-IPTEK)
Batik yang fenomenal selain mempunyai nilai seni, juga memiliki nilai ekonomi, sehingga dilirik oleh banyak kalangan. Seolah tidak mau ketinggalan dengan seniman batik tulis yang mahir manggoyang canting diatas kain sehingga menghasilkan motif tradisional yang indah, para praktisi Iptek menggunakan konsep matematika yang membahas kesamaan pola pada semua skala (geometri fraktal) untuk membuat batik. Software khususpun dibuat untuk menerjemahkan rumus fraktal menjadi motif batik yang dapat dimodifikasi sehingga menciptakan desain pola baru yang sangat beragam. Software unik tersebut diberi nama JBatik yang dikembangkan diatas platform Java.
Lain lagi batik kalau dikaitkan dengan ilmu fisika. Sadar atau tidak, berbagai motif batik yang sudah familiar ternyata menerapkan konsep-konsep ilmu fisika dalam proses pembuatannya. sekarang apa hubungan antara fisika dan batik yang disebut dengan fisika batik? Fisika batik berusaha membaca pikiran pencipta batik tentang alam dan dinamikanya. Fisika batik mencari pola dasar dan aturan-aturan dari berbagai lukisan batik. Dalam mencari aturan dasar ini, fisika batik dapat memanfaatkan aturan fisika yang sudah ada, kemudian memodifikasinya ataupun menciptakan aturan fisika yang baru. Menarik bukan?
Untuk lebih jelasnya, hadiri talkshow binokuler (Bincang Sains & Teknologi Populer) PP-IPTEK bulan ini, mengahadirkan narasumber Rolan Mauludy Dahlan dan tim acroBatik, pada hari Minggu, 11 Oktober 2009 mulai pukul 14.00 dengan tema “Menikmati Fisika Batik Sebagai Jejak Sains Modern Dalam Seni Tradisi Indonesia”. Software Fisika Batik v.1.0.1 juga akan ditampilkan pada talkshow ini, dan pengunjung dapat mencoba sendiri proses generasi motif dasar batik. Talkshow dibuka untuk umum, gratis untuk seluruh pengunjung PP-IPTEK.(PP-IPTEK)
Tidak ada komentar