Peranan Peringatan Dini Dalam Pengurangan Resiko Bencana Alam di Indonesia
Peringatan dini merupakan faktor utama dalam upaya untuk mengurangi resiko bencana alam. Selain dapat mencegah jatuhnya banyak korban jiwa peringatan dini juga dapat mengurangi dampak kerugian ekonomi dan material dari sebuah bencana. Agar berjalan lebih efektif, sistem peringatan dini harus melibatkan masyarakat secara aktif, memfasilitasi pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang resiko yang dihadapi, menyebarluaskan pesan dan peringatan secara efektif, serta menjamin kesiapsiagaan yang selalu terjaga.
Setiap kali terjadi bencana alam, baik berupa tanah longsor, banjir, angin puting beliung, gempa bumi maupun tsunami, setiap kali pula terlihat ketidakberdayaan masyarakat dalam mengantisipasi dan mengatasinya. Hanya kepanikan dan kepasrahan yang seringkali muncul disetiap kejadian bencana alam. Akibatnya, banyak korban berjatuhan, baik berupa harta benda maupun manusia meninggal. Antisipasi masyarakat yang terlambat ini disebabkan oleh minimnya informasi dan pengetahuan kebencanaan yang diperoleh, baik dari pemerintah, maupun pihak berkompeten lainnya. Apa yang harus dilakukan ketika bencana akan terjadi dan bagaimana seharusnya bertindak ketika bencana terjadi, dua hal tersebut masih minim diketahui oleh masyarakat.
Dalam rangka mensosialisasikan dan memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang peringatan dini yang berguna untuk mengurangi resiko bancana alam di Indonesia, Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK) menyelenggarakan Talkshow Binokuler (Bincang Sains & Teknologi Populer) di Entrance PP-IPTEK pada hari Minggu 13 Desember 2009 mulai pukul 14.00 dengan tema “Peranan Peringatan Dini Dalam Pengurangan Resiko Bencana Alam di Indonesia”. Bertindak sebagai narasumber dalam talkshow kali ini adalah Munasri, peneliti geoteknologi LIPI.
Tepat pukul 14.00 demonstrasi sains spektakuler yang dibawakan oleh tim PP-IPTEK ditampilkan menandai dibukanya Talkshow Binokuler. Mengawali presentasinya, sambil menampilkan gambar kepulauan Nusantara, Munasri mengajak para hadirin untuk menyanyikan lagu wajib nasional “Dari Sabang Sampai Merauke”. Tanpa canggung Hadirinpun, yang kala itu didominasi oleh mahasiswa, menyanyikan lagu tersebut dengan semangat, sampai-sampai menarik perhatian pengunjung lain yang berada di galeri peraga untuk bergabung.
Narasumber menyampaikan bahwa Bumi selain mengandung sumberdaya alam untuk kehidupan, Bumi menyimpan potensi yang dapat menimbulkan bencana. Indonesia terletak diantara pertemuan tiga lempeng bumi utama yang selalu bergerak antara 5-12 cm/tahun yakni: lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik sehingga menyebabkan indonesia sangat berpotensi terjadi bencana alam terutama gempa bumi.
Siklus bencana yang relatif panjang dan kurikulum pengajaran di dunia pendidikan yang hampir selalu mengajarkan iptek untuk eksploitasi SDA menyebabkan bencana alam kurang diperhatikan, jelas Munasri. Oleh sebab itu kenalilah bumi lebih dekat, miliki pengetahuan tentang gempa bumi dan tsunami, dan mempelajari cara-cara untuk menghindari/mengurangi bencana gempa bumi dan tsunami untuk mengurangi resiko bencana alam.
Dalam talkshow kali ini Narasumber bersama dengan tim dari LIPI juga menampilkan permainan ular tangga yang temanya tantang peringatan dini menghadapi bencana alam. Sebagai bagian dari strategi mensosialisasikan kesiapsiagaan menghadapi bencana, diakhir acara, Tim dari LIPI mengajak hadirin menyanyikan bersama-sama jingle Siaga dan tepuk Siaga. “Kita bisa belajar tanggap bencana… kalau kita peduli akan bencana…”, demikian penggalan lirik jingle Siaga yang kompak dinyanyikan para hadirin diiringi akustik gitar oleh MGM.
Dalam talkshow ini LIPI dan PP-IPTEK memberikan souvenir kepada hadirin yang bertanya dan yang bisa menjawab pertanyaan. Lagu “Story of Aceh” yang dibawakan oleh MGM menutup Talkshow kali ini tepat pukul 15.00. “Story of Aceh” merupakan salah satu lagu dari album Science in music, album kompilasi siaga bencana.[pp-iptek]
Tidak ada komentar