Beyond What You Hear

Bunyi-bunyian dapat kita temukan dan dengar di manapun kita berada, contohnya kendaraan yang berlalulalang, alat musik yang dimainkan, orang berbicara dan suara pesawat terbang di langit. Mengapa kita bisa mendengar bunyi? Kebanyakan orang pasti akan menjawab karena kita mempunyai indera pendengaran yang sempurna. Tetapi apakah kita tahu mengapa dan bagaimana benda-benda yang ada disekitar kita itu bisa menimbulkan bunyi?

Untuk mengupas lebih dalam serta memperkaya pemahaman tentang konsep bunyi, Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK) menyelenggarakan workshop “Beyond What You Hear” yang diperuntukkan bagi para guru. Workshop berlangsung pada hari Rabu, 20 Januari 2010, dengan menghadirkan narasumber Janto V Sulungbudi. Workshop dibuka oleh ka. Divisi Operasi, Hendra Suryanto, pukul 09.00 wib, diikuti oleh 24 guru SD dan SMP dari wilayah Jakarta dan Tangerang. Workshop kali ini merupakan rangkaian kegiatan untuk memeriahkan pameran Strike A Chord - The Science of Music yang sedang berlangsung PP-IPTEK hingga akhir Maret 2010.

Bunyi atau suara adalah gangguan pada media yang merambat dan menimbulkan rangsangan pada mahluk hidup, Semakin besar frekuensi gangguan maka semakin tinggi nada yang terdengar. Hal tersebut disampaikan oleh Janto mengawali presentasinya dihadapan para peserta. Seperti workshop-workshop sebelumnya Janto lebih sering mempraktekkan atau mendemonstrasikan sesuatu dalam menyampaikan materi. Berbagai alat musik dan benda-benda yang menghasilkan getaran ditampilkan dalam workshop ini. Mulai dari pipa as alumunium yang bisa menghasilkan suara dengungan ketika digesek dengan tarikan tangan, sampai dengan sampai dengan alat yang menghasilkan gelombang ultrasonik yang dapat menimbulkan embun ketika dicelupkan kedalam air.

Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.

Dengan bantuan berbagai macam alat peraga termasuk alat musik gitar dan organ, Janto juga menjelaskan tentang tinggi rendah ataupun warna/timbre dari suara. Yang tidak kalah menarik perhatian peserta adalah ketika didemonstrasikan “Dancing Fire”, demonstrasi tersebut menampilkan grafik dari gelombang, dalam tabung tertutup, yang dihasilkan oleh alat musik organ. Janto juga menjelaskan bahwa alat peraga musik itu bisa dibuat dari benda apa saja yang ada disekitar kita, alat musik tiup bahkan dari bisa dibuat sayur-sayuran seperti wortel, paprika, dan brokoli. Karena bunyi-bunyian yang dihasilkan dari alat musik tiup pada dasarnya terjadi aliran udara yang terbagi dua karena ada benda tipis didepan arah aliran udara, jelas Janto.

Dalam kesempatan ini para peserta dibimbing untuk membuat alat musik tiup Panflute dari sedotan dan plastisin. Workshop berakhir pukul 12.00, melalui kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi para peserta untuk meghasilkan materi pembelajaran dikelas tentang materi bunyi yang lebih variatif. Masih dalam rangka memeriahkan pameran Strike A Chord - The Science of Music, selanjutnya PP-IPTEK akan menyelenggarakan lomba menggambar tingkat SD dengan tema “I Love Music” pada hari Minggu, 24 Januari 2010.[pp-iptek]