MELIHAT DENGAN SUARA
“Melihat dengan suara”, mungkin bagi sebagian orang awam kalimat ini masih terasa asing. Meskipun hampir sebagian besar diantara mereka mungkin pernah merasakan ataupun mengalaminya. Pernahkah anda pergi ke rumah sakit, lalu mendapatkan tindakan medis dengan rontgen, MRI, atau USG? Mengapa seorang dokter dapat melihat bagian dalam tubuh pasien?, begitulah kira-kira sekilas mengenai diskusi yang sangat menarik ini pada acara Bincang-bincang Sains dan Teknologi Populer (BINOKULER) yang berlangsung Minggu (9/5) di Aula Entrance Gedung Pusat Pergaan Iptek – TMII Jakarta.
Dr. Warsito P. Taruno dari Kementrian Riset dan Teknologi hadir sebagai Narasumber dalam acara Binokuler yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa dalam perkembangan iptek sekarang ini, gelombang suara dapat dimanfaatkan untuk melihat benda-benda yang sulit dijangkau oleh indera penglihatan kita, seperti misalnya bagaimana melihat keadaan janin dalam kandungan seorang ibu, melihat adanya penyakit kanker/tumor, melihat dinding bagian luar dari pesawat antariksa, dsb.
“kami sering melihat di pasar ada yang menjual alat untuk mengusir tikus atau nyamuk, apakah ada hubungannya dengan suara?” tanya seorang ibu yang menyaksikan bincang-bincang ini. “Ya, alat tersebut menggunakan gelombang suara. Ada gelombang-gelombang suara yang kita (manusia) tidak bisa mendengarnya tetapi beberapa hewan bisa mendengar”, jawab Dr. Warsito.
Seperti halnya manusia kebanyakan tidak menyukai suara yang tidak enak terdengar (tidak harmonis) seperti, bunyi gesekan bambu, dan sebagainya. Begitu juga dengan hewan, gelombang suara yang dipakai pada alat pengusir menggunakan frekuensi tertentu yang hewan tersebut tidak menyukainya. Aplikasi lain dari pemanfaatan gelombang yaitu dapat mendeteksi kerusakan/karat hingga sekecil sepersepuluh ketebalan rambut untuk mendesain dan merawat tabung gas yang bertekanan tinggi yang sekarang digunakan pada tabung gas busway.
Semua aplikasi-aplikasi tersebut dapat menggantikan fungsi “mata” kita untuk melihat. Prinsip kerja alat-alat tersebut sebenarnya sangat sederhana, hanya diperlukan sumber gelombang, penerima, dan pengolah/analisator seperti halnya mata kita yang menerima informasi dan meneruskan ke syaraf otak untuk diolah dan dianalisa.
Dr. Warsito P. Taruno dari Kementrian Riset dan Teknologi hadir sebagai Narasumber dalam acara Binokuler yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa dalam perkembangan iptek sekarang ini, gelombang suara dapat dimanfaatkan untuk melihat benda-benda yang sulit dijangkau oleh indera penglihatan kita, seperti misalnya bagaimana melihat keadaan janin dalam kandungan seorang ibu, melihat adanya penyakit kanker/tumor, melihat dinding bagian luar dari pesawat antariksa, dsb.
“kami sering melihat di pasar ada yang menjual alat untuk mengusir tikus atau nyamuk, apakah ada hubungannya dengan suara?” tanya seorang ibu yang menyaksikan bincang-bincang ini. “Ya, alat tersebut menggunakan gelombang suara. Ada gelombang-gelombang suara yang kita (manusia) tidak bisa mendengarnya tetapi beberapa hewan bisa mendengar”, jawab Dr. Warsito.
Seperti halnya manusia kebanyakan tidak menyukai suara yang tidak enak terdengar (tidak harmonis) seperti, bunyi gesekan bambu, dan sebagainya. Begitu juga dengan hewan, gelombang suara yang dipakai pada alat pengusir menggunakan frekuensi tertentu yang hewan tersebut tidak menyukainya. Aplikasi lain dari pemanfaatan gelombang yaitu dapat mendeteksi kerusakan/karat hingga sekecil sepersepuluh ketebalan rambut untuk mendesain dan merawat tabung gas yang bertekanan tinggi yang sekarang digunakan pada tabung gas busway.
Semua aplikasi-aplikasi tersebut dapat menggantikan fungsi “mata” kita untuk melihat. Prinsip kerja alat-alat tersebut sebenarnya sangat sederhana, hanya diperlukan sumber gelombang, penerima, dan pengolah/analisator seperti halnya mata kita yang menerima informasi dan meneruskan ke syaraf otak untuk diolah dan dianalisa.
Sambil menjelaskan aplikasi-aplikasi gelombang suara, penonton juga diajak belajar mengenai dasar-dasar bunyi melalui demo-demo yang menghibur. Sesekali juga diselingi oleh canda tawa penonton, narasumber, dan demonstrator. Semua yang hadir dalam bincang-bincang tersebut larut dalam suasana yang santai dan juga sangat menikmati kajian-kajian ilmiah yang diberikan.[ican/pp-iptek]
Tidak ada komentar