Perpustakaan PP Iptek TMII
Sebuah perpustakaan tak musti harus ada meja dan kursi berderet memanjang. Para pengunjung tak selalu harus duduk serius membaca buku-buku yang telah diambilnya dari rak tumpukan buku. Demikian pula soal penataan buku. Koleksi-koleksi buku tak selalu harus ditata secara berdiri dan berderet di rak buku. Kesan-kesan formal inilah terkadang sering sering membuat kaku dan membosankan. Jangankan dibaca, dikunjungi pun tidak.
Pengelola perpustakaan di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek, TMII), misalnya, mencoba membuat perpustakaan yang menyenangkan (friendly) sekaligus menyatu dengan lingkungan sekitar. Bahkan lebih dari itu, dalam konsep yang dikembangkan adalah membuat perpustakaan bukan hanya sebagai tempat bacaan, tapi juga sarana rekreasi.
Karena itu tak aneh, jika dalam perpustakaan yang terletak di lantai mezanin (lantai antara I dan II), atau tepatnya bersebelahan dengan ruang pesawat terbang, dibuat seramah mungkin. Selain koleksi-koleksi buku iptek yang cukup lengkap, penataannya dibuat semenarik mungkin.
Meski terbuat dari bahan-bahan yang murah, namun tetap menarik. Pada pembatas dengan space yang lain, misalnya, cukup dibuat dengan genting asbes bergelombang yang dipotong secara bergelombang pula. Pagar pembatas setinggi sekitar 80-an cm itu bercat ngejreng, mirip warna pelangi. Pada pintu masuknya dipasang kusen tanpa daun pintu dengan model melengkung. Di atasnya diberi tulisan ''Berkelana Buku''.
Perpustakaan seluas 200-an meter ini, terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama, terdapat sejumlah buku seri teknologi yang ditata mendatar. Di tempat ini terdapat 12 meja dan kursi kecil (ukuran untuk anak-anak TK) dengan cat warna warni. Di tempat ini juga terdapat kotak peragaan yang telah dilengkapi dengan bahan-bahan, di mana anak bisa mencoba mempraktekkan pesan yang tertulis pada kotak di luar kardus. Pesan itu di antaranya menyangkut: nama permainan, judul buku dan halaman buku yang memuat perintah-perintah teknis.
Sedang pada bagian kedua, yang terletak 20 cm lebih tinggi dari yang pertama, terdapat berbagai seri ensiklopedi teknologi, baik berbahasa Indonesia maupun Inggris. Di tempat yang lantainya dilapisi dengan karpet empuk, para pengunjung diwajibkan melepas alas kakinya jika mau masuk. Selain sejumlah koleksi buku, juga terdapat boneka-boneka menarik, mulai dari si Manis, kura-kura, dinosaurus, panda, dan lainnya.
Di bagian ini (kedua), juga terdapat sejumlah bantal dalam ukuran besar dan kecil. Para pengunjung bebas untuk memakainya. ''Kami memang ingin membuat perpustakaan ini benar-benar friendly dan tak menakutkan. Maksudnya, agar para pengunjung -- baik orang tua maupun anak-anak --menjadi betah di tempat ini,'' ujar Yenny Kaligis, Scientific Officer PP Iptek.
Perpustakaan yang mulai berfungsi tahun 1996 ini, sebenarnya sudah ada di tempat lain (tepatnya di Lt III) di PP Iptek. Namun karena suasana terlalu kaku, maka jarang ada pengunjung yang mau berlama-lama di tempat ini.
Pada perpustakaan dengan desain baru ini, hampir selalu menjadi terminal kunjungan. Bagi anak-anak, usai merasa kelelahan berputar-putar, mereka singgah ke tempat ini. Mereka beristirahat sambil membaca buku-buku yang bernuansa iptek. Ada buku seri dunia binatang, cerita anak, teknologi, komputer, flora dan founa, anatomi tubuh manusia, binatang langka, seri anak-anak terkenal dunia, hingga beragam ensiklopedi (baik berbahasa Indonesia maupun Inggris).
Sementara itu, bagi para orang tua, ruang ini menjadi ruang tunggu untuk menanti putra-putrinya melihat dan mempraktikan alat-alat peraga yang jumlahnya 250 buah. ''Bagi orang tua, ruang ini bisa menambah referensi pengetahuannya. Dan begitu sang anak datang, maka orang tua lalu menceritakan apa yang diperolehnya dalam bacaan itu,'' kata Iskandar, Wadir Bid. Operasional PP Iptek.
Bukan hanya itu, koleksi yang cukup lengkap ini, kata Ny Kaligis, menjadi referensi para orang tua untuk membeli buku bagi anak-anaknya. ''Banyak para orang tua setelah melihat-lihat koleksi buku di perpustakaan ini, lalu mencatat dan menanyakan di mana bisa membeli buku tersebut,'' ujarnya.
Menurut Ny Kaligis, buku merupakan gudangnya ilmu pengetahuan. Karena itu, membiasakan membaca sejak kecil secara tak langsung akan membekali anak-anak terhadap berbagai pengetahuan. Karena itu, bacaan termasuk tempatnya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga menarik dan santai.
Di perpustakaan ini, misalnya, para pengunjung bisa membaca sambil tiduran, atau duduk sambil memegang boneka yang ada.
Ia lalu bercerita tentang ihwal boneka-boneka tersebut. Menurutnya, ide tentang boneka tersebut berasal dari dirinya. Sejumlah boneka milik putrinya (yang kini sudah dewasa), dibawa untuk koleksi perustakaan.
Ia sangat terkesan ketika masih kecil, di mana pada saat membaca sambil memegang boneka lalu mengajak cerita dengan boneka tersebut. ''Biasanya pada saat membaca sambil memegang boneka, setelah itu lalu mengkomunikasikan kembali apa yang dibaca kepada si boneka tersebut,'' ujar Ny Kaligis.
Ini, katanya, ada hal-hal yang sangat positip. Maksudnya, penyerapan terhadap bacaan tersebut lebih besar jika si pembaca mampu mengkomunikasikan kembali. Inilah, nuansa santai dan menarik, menjadi faktor penting untuk memicu minat baca anak. Mereka akan menjadi betah untuk duduk, atau tiduran, sambil membaca. Buku adalah gudangnya ilmu pengetahuan. Mengarahkan anak untuk gemar membaca buku, ibarat mengarahkan anak untuk menabung atau menginvestasikan kekayaan untuk jangka panjang. n sunarto soe
Model Pengembangan
Desain dan penataan yang sederhana, sebenarnya dimaksudkan agar masyarakat luas bisa menirunya. Model ini bisa dikembangkan untuk perpustakaan, baik di sekolahan maupun untuk perpustakaan pribadi.
Bahan-bahan yang dipakai bisa didapatkan di mana saja dengan harga terjangkau. Pada hiasan dinding, misalnya. Gambar yang diambil dari kertas kalender, kemudian ditempelkan pada stereo-foam (gabus) lalu di-lis di bagian pinggirnya dengan wall paper. Demikian pula mainan-mainan lainnya, seperti: ikan lumba-lumba, laba-laba, kucing, dibuat dari foam yang kemudian diberi warna.
Dengan kondisi ruang perpustakaan lama yang kaku, maka Ny Kaligis lalu mencari ide, bagaimana agar pengunjung, khususnya anak, menjadi akrab dengan perpustakaan. Ia bersama dengan Purwandoko, salah seorang staf BPPT yang diperbantukan di PP Iptek, mendesain ulang perpustakaan.
''Saya hanya meminta agar Pak Purwandoko mendesain ulang, agar perpustakaan ini menjadi friendly dan tak menakutkan bagi pengunjung,'' ujarnya. Ia lalu melakukan diskusi panjang, mulai dari letak di mana agar perpustakaan tersebut menjadi lebih comfort (menyenangkan) hingga soal desain yang menarik. ''Perpustakaan bukan hanya menjadi sumber informasi, tapi juga menjadi sumber rekreasi.''
Ini semua sinkron dengan PP Iptek, yang secara keseluruhan merupakan wahana rekreasi yang edukatif untuk anak-anak, pelajar, dan keluarga. Tempat rekreasi yang terletak di bagian timur Komplek TMII, atau tepatnya di sebelah selatan Taman Burung dan di belakang Monumen Gerakan Non Blok TMII, memberikan khasanah rekreasi ilmiah yang sangat menarik.
Pengunjung, khususnya anak-anak, bukan hanya melihat-lihat koleksi yang ada di gedung itu, tapi bisa langsung memeragakan alat-alat peraga yang ada. Beberapa di antaranya telah menjadi alat peraga dalam acara Galileo, yang disiarkan pada stasiun televisi SCTV.
PP Iptek yang mulai diresmikan pada 10 November 1995 itu, kini memiliki lebih dari 250 alat peraga yang digelar di tiga lantai galeri, mulai dari alat-alat peraga transportasi darat, laut, dan udara; cahaya, bunyi & gerak mekanik; telekomunikasi; komputer; ilmu-ilmu dasar sains dan keteknikan; konstruksi; energi; ruang peneliti cilik; dan lingkungan. (nar)/(dikutip dari republika, 5 Maret 2000, nama&jabatan disesuaikan)
Pengelola perpustakaan di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek, TMII), misalnya, mencoba membuat perpustakaan yang menyenangkan (friendly) sekaligus menyatu dengan lingkungan sekitar. Bahkan lebih dari itu, dalam konsep yang dikembangkan adalah membuat perpustakaan bukan hanya sebagai tempat bacaan, tapi juga sarana rekreasi.
Karena itu tak aneh, jika dalam perpustakaan yang terletak di lantai mezanin (lantai antara I dan II), atau tepatnya bersebelahan dengan ruang pesawat terbang, dibuat seramah mungkin. Selain koleksi-koleksi buku iptek yang cukup lengkap, penataannya dibuat semenarik mungkin.
Meski terbuat dari bahan-bahan yang murah, namun tetap menarik. Pada pembatas dengan space yang lain, misalnya, cukup dibuat dengan genting asbes bergelombang yang dipotong secara bergelombang pula. Pagar pembatas setinggi sekitar 80-an cm itu bercat ngejreng, mirip warna pelangi. Pada pintu masuknya dipasang kusen tanpa daun pintu dengan model melengkung. Di atasnya diberi tulisan ''Berkelana Buku''.
Perpustakaan seluas 200-an meter ini, terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama, terdapat sejumlah buku seri teknologi yang ditata mendatar. Di tempat ini terdapat 12 meja dan kursi kecil (ukuran untuk anak-anak TK) dengan cat warna warni. Di tempat ini juga terdapat kotak peragaan yang telah dilengkapi dengan bahan-bahan, di mana anak bisa mencoba mempraktekkan pesan yang tertulis pada kotak di luar kardus. Pesan itu di antaranya menyangkut: nama permainan, judul buku dan halaman buku yang memuat perintah-perintah teknis.
Sedang pada bagian kedua, yang terletak 20 cm lebih tinggi dari yang pertama, terdapat berbagai seri ensiklopedi teknologi, baik berbahasa Indonesia maupun Inggris. Di tempat yang lantainya dilapisi dengan karpet empuk, para pengunjung diwajibkan melepas alas kakinya jika mau masuk. Selain sejumlah koleksi buku, juga terdapat boneka-boneka menarik, mulai dari si Manis, kura-kura, dinosaurus, panda, dan lainnya.
Di bagian ini (kedua), juga terdapat sejumlah bantal dalam ukuran besar dan kecil. Para pengunjung bebas untuk memakainya. ''Kami memang ingin membuat perpustakaan ini benar-benar friendly dan tak menakutkan. Maksudnya, agar para pengunjung -- baik orang tua maupun anak-anak --menjadi betah di tempat ini,'' ujar Yenny Kaligis, Scientific Officer PP Iptek.
Perpustakaan yang mulai berfungsi tahun 1996 ini, sebenarnya sudah ada di tempat lain (tepatnya di Lt III) di PP Iptek. Namun karena suasana terlalu kaku, maka jarang ada pengunjung yang mau berlama-lama di tempat ini.
Pada perpustakaan dengan desain baru ini, hampir selalu menjadi terminal kunjungan. Bagi anak-anak, usai merasa kelelahan berputar-putar, mereka singgah ke tempat ini. Mereka beristirahat sambil membaca buku-buku yang bernuansa iptek. Ada buku seri dunia binatang, cerita anak, teknologi, komputer, flora dan founa, anatomi tubuh manusia, binatang langka, seri anak-anak terkenal dunia, hingga beragam ensiklopedi (baik berbahasa Indonesia maupun Inggris).
Sementara itu, bagi para orang tua, ruang ini menjadi ruang tunggu untuk menanti putra-putrinya melihat dan mempraktikan alat-alat peraga yang jumlahnya 250 buah. ''Bagi orang tua, ruang ini bisa menambah referensi pengetahuannya. Dan begitu sang anak datang, maka orang tua lalu menceritakan apa yang diperolehnya dalam bacaan itu,'' kata Iskandar, Wadir Bid. Operasional PP Iptek.
Bukan hanya itu, koleksi yang cukup lengkap ini, kata Ny Kaligis, menjadi referensi para orang tua untuk membeli buku bagi anak-anaknya. ''Banyak para orang tua setelah melihat-lihat koleksi buku di perpustakaan ini, lalu mencatat dan menanyakan di mana bisa membeli buku tersebut,'' ujarnya.
Menurut Ny Kaligis, buku merupakan gudangnya ilmu pengetahuan. Karena itu, membiasakan membaca sejak kecil secara tak langsung akan membekali anak-anak terhadap berbagai pengetahuan. Karena itu, bacaan termasuk tempatnya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga menarik dan santai.
Di perpustakaan ini, misalnya, para pengunjung bisa membaca sambil tiduran, atau duduk sambil memegang boneka yang ada.
Ia lalu bercerita tentang ihwal boneka-boneka tersebut. Menurutnya, ide tentang boneka tersebut berasal dari dirinya. Sejumlah boneka milik putrinya (yang kini sudah dewasa), dibawa untuk koleksi perustakaan.
Ia sangat terkesan ketika masih kecil, di mana pada saat membaca sambil memegang boneka lalu mengajak cerita dengan boneka tersebut. ''Biasanya pada saat membaca sambil memegang boneka, setelah itu lalu mengkomunikasikan kembali apa yang dibaca kepada si boneka tersebut,'' ujar Ny Kaligis.
Ini, katanya, ada hal-hal yang sangat positip. Maksudnya, penyerapan terhadap bacaan tersebut lebih besar jika si pembaca mampu mengkomunikasikan kembali. Inilah, nuansa santai dan menarik, menjadi faktor penting untuk memicu minat baca anak. Mereka akan menjadi betah untuk duduk, atau tiduran, sambil membaca. Buku adalah gudangnya ilmu pengetahuan. Mengarahkan anak untuk gemar membaca buku, ibarat mengarahkan anak untuk menabung atau menginvestasikan kekayaan untuk jangka panjang. n sunarto soe
Model Pengembangan
Desain dan penataan yang sederhana, sebenarnya dimaksudkan agar masyarakat luas bisa menirunya. Model ini bisa dikembangkan untuk perpustakaan, baik di sekolahan maupun untuk perpustakaan pribadi.
Bahan-bahan yang dipakai bisa didapatkan di mana saja dengan harga terjangkau. Pada hiasan dinding, misalnya. Gambar yang diambil dari kertas kalender, kemudian ditempelkan pada stereo-foam (gabus) lalu di-lis di bagian pinggirnya dengan wall paper. Demikian pula mainan-mainan lainnya, seperti: ikan lumba-lumba, laba-laba, kucing, dibuat dari foam yang kemudian diberi warna.
Dengan kondisi ruang perpustakaan lama yang kaku, maka Ny Kaligis lalu mencari ide, bagaimana agar pengunjung, khususnya anak, menjadi akrab dengan perpustakaan. Ia bersama dengan Purwandoko, salah seorang staf BPPT yang diperbantukan di PP Iptek, mendesain ulang perpustakaan.
''Saya hanya meminta agar Pak Purwandoko mendesain ulang, agar perpustakaan ini menjadi friendly dan tak menakutkan bagi pengunjung,'' ujarnya. Ia lalu melakukan diskusi panjang, mulai dari letak di mana agar perpustakaan tersebut menjadi lebih comfort (menyenangkan) hingga soal desain yang menarik. ''Perpustakaan bukan hanya menjadi sumber informasi, tapi juga menjadi sumber rekreasi.''
Ini semua sinkron dengan PP Iptek, yang secara keseluruhan merupakan wahana rekreasi yang edukatif untuk anak-anak, pelajar, dan keluarga. Tempat rekreasi yang terletak di bagian timur Komplek TMII, atau tepatnya di sebelah selatan Taman Burung dan di belakang Monumen Gerakan Non Blok TMII, memberikan khasanah rekreasi ilmiah yang sangat menarik.
Pengunjung, khususnya anak-anak, bukan hanya melihat-lihat koleksi yang ada di gedung itu, tapi bisa langsung memeragakan alat-alat peraga yang ada. Beberapa di antaranya telah menjadi alat peraga dalam acara Galileo, yang disiarkan pada stasiun televisi SCTV.
PP Iptek yang mulai diresmikan pada 10 November 1995 itu, kini memiliki lebih dari 250 alat peraga yang digelar di tiga lantai galeri, mulai dari alat-alat peraga transportasi darat, laut, dan udara; cahaya, bunyi & gerak mekanik; telekomunikasi; komputer; ilmu-ilmu dasar sains dan keteknikan; konstruksi; energi; ruang peneliti cilik; dan lingkungan. (nar)/(dikutip dari republika, 5 Maret 2000, nama&jabatan disesuaikan)
Tidak ada komentar